Pages

Kamis, 22 Desember 2011

perampok & penggembala kerbau.


Dahulu kala bukan hanya harta benda saja yang dicuri, melainkan orang pun sering ditangkap dan dijual, dijadikan budak oleh orang yang membelinya.
            Demikianlah cerita ini mengenai seorang gembala yang yang dicuri atau ditangkap oleh sekawanan perampok. Dibawalah ia berjalan bersama. Pada suatu ketika, berkata gembala itu, lebih baik kita bertanding berbicara. Barang siapa yang kalah berbicara, maka ia dijual. Perampok itu tiga orang berteman. Berkata pemimpinnya, baiklah! Sayalah yang pertama akan mengatakan benda yang pernah kuliat. Suatu wakatu saya menjumpai seekor kerbau besar, sangat besar. Pada ujung tanduknya kita dapat bermain sallo. Berkata perampok yang lain, benar sangat besar kerbau itu.
            Tibalah giliran perampok yang satu lagi, katanya, pernah saya menjumpai sebatang pohon besar, sungguh sangat besar. Karena besar pohon itu, dibawah sehelai daunnya dapat bernaung tujuh puluh ekor kerbau. Menyahut yang gembala. Wah, besar sungguh pohon itu. Tiba lagi giliran perampok yang ketiganya, katanya, pernah saya ketemu dengan seseorang yang sangat besar. Karena besarnya, jiika hendak melihat mata kakinya kita harus menegadah. Semuanya mengiakan lagi, maka berkatalah gembala itu, kalian sudah mengatarakan apa yang pernah disaksikan. Sekarang giliran saya lagi, kata perampok itu, benar, engakau katakanlah pengalamanmu! Kata gembala itu, saya pernah melihat sebuah gendering, sekali dipalu, tujuh tahun mendengun suaranya.
            Berkatalah kepala perampok itu, berdusta engakau. Masa ada gendering demikian besarnya, yang hanya sekali dipalu tujuh tahun mendengun suaranya. Dari mana diambilkan kulit untuk membuatnya? Jawab si gembala, bukankah tadi ada kerbau yang sangat besar, sehingga dapat kita bermain sallo diujung tanduknya? Kerbau itulah yang disembeli dan diambil kulitnya. Bertanya lagi perampok yang seorang lagi, apa yang dijadikan acuannya? Jawab si gembala, bukankah tadi ada pohon yang dikatakan dapat bernaung tujuh puluh ekor kerbau dibawah sehelai daunnya?  Pohon itulah yang ditebang dan dijadikan acuaanya. Bertanya lagi perampok yang ketiga, siapa pula yang akan memukulnya? Tentu orang yang sangat besar, karena pohon itu besar pula. Kata sigembala,  bukankah tadi ada yang dikatakan bahwa kita harus menegadah jika hendak melihat mata kakinya? Orang itulah yang memukul gendering yang saya lihat.
            Kata kepala perampok itu, apakah yang dapat kita lakukan, sebab semua perkataan kita tertangkap semua oleh anak gembala ini.? Maka kata sigembala, saya kira ada perjanjian kita yang mengatakan bahwa barang siapa kalah berbicara dialah yang akan dijual . kalian telah berhak saya jual, karena pembicaraan kalian telah saya patahkan.
            Adapun maksud dari cerita ini ialah menunjukan bahwa bukan hanya oaring tua atau orang yang kuat yang dapat memutuskan perkara. Anak-anakpun dapat asalkan ia berakal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar